Surplus Dagang China Naik, Tapi Ekspor ke AS Rontok! Tanda
Ekspor China ke Amerika Serikat merosot tajam sebesar 34,5% secara tahunan pada Mei 2025. Ini merupakan penurunan terbesar sejak Februari 2020, saat pandemi COVID-19 mulai mengguncang perdagangan global. Melemahnya kinerja ekspor ini mencerminkan tekanan berat dari gelombang tarif AS yang kembali menghantam pengiriman barang dari Negeri Tirai Bambu.
Meski pemerintah AS telah menurunkan sebagian tarif sejak awal April, kinerja ekspor keseluruhan China pada Mei tetap melambat. Nilai ekspor hanya tumbuh 4,8% dibandingkan tahun sebelumnya, lebih rendah dari pertumbuhan 8,1% pada April dan di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan kenaikan 5%.
“Data bulan Mei kemungkinan masih terbebani oleh periode puncak tarif,” ujar Lynn Song, Kepala Ekonom ING untuk China Raya mengutip Reuters, Senin (9/6/2025).
Baca Juga: Putaran Baru Negosiasi Perang Dagang AS-China Digelar di London
Ia menambahkan bahwa pengiriman masih mengalami front-loading karena risiko tarif, sementara penjualan ke kawasan lain di luar AS menjadi penopang utama.
Impor juga menunjukkan pelemahan, mencatat penurunan 3,4% secara tahunan setelah hanya turun 0,2% pada April. Penurunan ini lebih dalam dari ekspektasi pasar yang memperkirakan kontraksi 0,9%.
Meskipun sempat terjadi lonjakan ekspor pada Maret dan April akibat percepatan pengiriman sebelum tarif berlaku penuh, ketegangan antara dua ekonomi terbesar dunia ini tetap tinggi. Perundingan dagang kembali digelar di London awal pekan ini, menyusul percakapan telepon antara Presiden AS dan Presiden China pada pekan lalu. Namun ketidakpastian masih menyelimuti pembahasan sejumlah isu sensitif seperti kendali ekspor logam tanah jarang dan Taiwan.
Data juga menunjukkan bahwa surplus perdagangan China meningkat menjadi US$103,22 miliar, naik dari US$96,18 miliar pada bulan sebelumnya. Namun, di sisi lain, permintaan domestik terlihat rapuh. Impor minyak mentah, batu bara, dan bijih besi turun tajam, mencerminkan tekanan di sektor manufaktur dan konsumsi.
Di tengah tekanan eksternal dan lesunya permintaan dalam negeri, Beijing meluncurkan sejumlah langkah stimulus pada Mei. Ini termasuk pemangkasan suku bunga acuan dan program pinjaman murah senilai 500 miliar yuan. Namun, pasar bereaksi datar terhadap data perdagangan terbaru. Indeks CSI300 naik 0,29% dan Shanghai Composite menguat 0,43%.
Tekanan deflasi semakin memburuk. Indeks harga produsen (PPI) turun 3,3% secara tahunan pada Mei, lebih dalam dari penurunan 2,7% pada April. Ini merupakan kontraksi terdalam dalam 22 bulan. Aktivitas pabrik yang mendingin turut menekan pertumbuhan sektor jasa.
Baca Juga: Trump Sebut Capai Kesepakatan Soal Ekspor Mineral Tanah Jarang China ke AS
Penjualan ritel juga melambat, di tengah kekhawatiran pasar tenaga kerja dan harga rumah yang stagnan. Penjualan mobil pada Mei tumbuh 13,9% secara tahunan, melambat dari 14,8% di bulan sebelumnya.
Beberapa bisnis mulai beradaptasi dengan tekanan harga. Raksasa kedai kopi asal AS, Starbucks, mengumumkan pemangkasan harga rata-rata 5 yuan untuk beberapa minuman dingin di China.
Meskipun inflasi inti — yang tidak termasuk harga makanan dan energi — naik tipis menjadi 0,6% dari sebelumnya 0,5%, analis Capital Economics Zichun Huang menilai perbaikan tersebut belum cukup kuat. Ia memperkirakan overcapacity yang terus terjadi akan mempertahankan China dalam kondisi deflasi setidaknya hingga tahun depan.
(责任编辑:娱乐)
- Relawan KGB Targetkan 70 Persen Suara di DKI Jakarta untuk Prabowo
- Banyak Kontraktor Nakal, Ahok Sengaja Hentikan Renovasi Sekolah
- Jangan Cuci Telur Sebelum Dimasak, Ini Alasannya
- Jangan Cuci Telur Sebelum Dimasak, Ini Alasannya
- CKB Logistics Perluas Jangkauan Layanan Lewat Ekspansi Armada dan Fasilitas Gudang Baru
- FOTO: Piknik Bebas Plastik di Akhir Pekan
- Sandiaga: Kegiatan PKL Harus Didukung Penuh
- Polri Sudah Periksa 16 Saksi Pelapor Ahok
- Pemerintah Minta Masyarakat Tetap Waspada COVID
- Wanita Ini Melancong Kilat dari London ke Milan Cuma buat Makan
- Studi Temukan Gen X dan Milenial Lebih Rentan Kena Kanker, Kok Bisa?
- 131 Hari Jelang Pemerintahannya Berakhir, Jokowi Kebut Penurunan Angka Stunting
- Long Weekend Tiba, Penumpang KAI Melonjak 44%! Jangan Sampai Kelebihan Bagasi
- Ahmad Sahroni Desak KPK Selidiki Karyawan yang Terlibat Pungli Rutan: Jangan Tebang Pilih!
- Buntut Terima Pendaftaran Gibran Rakabuming Raka, Anggota KPU Terancam Dugaan Pelanggaran Kode Etik
- Guru: Sisi Kepemimpinan Agus Yudhoyono Sudah Tampak dari SMA
- Mantan Gubernur Sumut Edy Rahmayadi Uji Kelayakan dan Kepatutan di PKB
- Panduan untuk Turis Liburan ke Paris Saat Olimpiade 2024
- Pertamina Bidik Produksi 2,6 Juta Ton LPG Untuk Kurangi Impor
- Staf Sekjen PDIP Lapor ke Komnas HAM Atas Penyitaan HP dan Barang Pribadi oleh Penyidik KPK